Angklung Mang Udjo
Mau coba main angklung? Tak perlu canggung bila sebelumnya Anda tidak
pernah kenal musik. Dengan panduan seniman-seniman di Saung Mang Udjo,
dalam seketika kita akan sanggup membawakan lagu I Have a Dream dalam
suatu konser.
Itulah daya tarik utama Saung Angklung Mang Udjo.
Pengunjung rumah seni yang terletak di kawasan Padasuka, Bandung, itu
tidak dibiarkan hanya duduk diam menunggu suguhan. Dipandu oleh MC yang
komunikatif dan seniman-seniman berusia 4-16 tahun yang atraktif,
suasana ruang pertunjukan tak berdinding yang mampu menampung 500 orang
itu menjadi hangat dan meriah.
Saung Angklung Mang Udjo adalah
semacam rumah, sanggar, atau padepokan seni yang terletak di Jalan
Padasuka 118, Bandung Timur. Meski berada di pinggir jalan, letak
padepokan seluas sekitar dua hektar itu seperti tersembunyi di antara
pemukiman penduduk yang padat.
Bedanya dengan rumah penduduk,
kawasan padepokan dinaungi oleh rimbunnya pohon bambu wulung dan kelapa.
Jadi begitu masuk, suasana sesak padatnya perkampungan segera
tergantikan oleh sejuknya belaian daun bambu.
Bengkel Alat Musik
Saung
Mang Udjo didirikan pada tahun 1967 oleh seniman angklung terkemuka,
(alm) Udjo Ngalagena (1927-2001). Salah satu misi rumah seni ini adalah
untuk melestarikan dan mengembangkan musik bambu.
Selain pepohonan
bambu, di kompleks rumah seni itu terdapat bengkel pembuatan serta
tempat-tempat penyimpanan angklung yang siap diekspor ke Korea, Jepang,
Belanda, Jerman, Perancis, dan Amerika. Jadi selain menikmati atraksi
permainan musik, pengunjung juga bisa menyaksikan para pekerja membuat
angklung.
Di tempat itu pula setiap hari seusai jam sekolah
puluhan anak dari kampung sekitar diajari menyanyi, menari, dan
memainkan angklung. Kemudian pada sore harinya, yaitu setiap pukul 15.30
hingga 17.30, semuanya diikutsertakan dalam pentas untuk menghibur
pengunjung.
"Mereka yang terlibat dalam pertunjukan ini berusia
antara tiga hingga 16 tahun," tutur Ika dan Mayang, mantan pemain
angklung yang kini lebih sering berperan sebagai MC.
Tak hanya
kesenian yang diajarkan kepada mereka. Di usia yang masih sangat muda,
bocah-bocah itu juga dilatih berbahasa Inggris. Jangan heran kalau di
tengah pertunjukan, seorang bocah yang baru saja menyuguhkan atraksi
berani bicara di tengah panggung, "My name is Rian. I am six years
old..." dan seterusnya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai MC, Ika
dan Mayang pun tak kalah fasih dibandingkan dengan penyiar televisi
programa bahasa Inggris dalam memberikan penjelasan atas tontonan yang
sedang dinikmati pengunjung.
Symphony 40
Memang,
sebelum bom meledak di Bali, lebih banyak turis asing yang berkunjung
di Saung Mang Udjo ketimbang pengunjung lokal. Bahkan boleh dibilang,
saung yang semula berbentuk rumah kecil itu bisa tumbuh dan berkembang
berkat apresiasi turis asing atas kesenian angklung.
Tokoh penting
dari Malaysia, Filipina, Thailand, Belanda, Amerika, Jerman, dan
Perancis, banyak yang pernah mampir ke tempat itu. Atas permintaan
berbagai pihak pula seniman-seniman dari Saung Mang Udjo pernah unjuk
kebolehan di berbagai negara, di samping di berbagai tempat di
Indonesia.
Menikmati kesenian Sunda di Saung Mang Udjo memang
tidak membosankan. Setelah MC memberi pengantar, pentas kesenian segera
dibuka dengan pertunjukan wayang golek. Namun, di sini bukan cerita
wayang golek itu yang ingin ditekankan. Kepada pengunjung justru
diperlihatkan bagaimana boneka-boneka yang bisa menari dan jumpalitan
itu dimainkan.
Kemudian dengan iringan gendang dan alat musik yang
semua terbuat dari bambu (Arumba: Alunan Rumpun Bambu), aneka atraksi
pesta rakyat yang melibatkan puluhan penari disuguhkan. Puncaknya,
sekitar 30 remaja putra dan putri yang masing-masing menjinjing antara
empat hingga enam anklung maju ke pentas.
Berbagai jenis lagu
mereka perdengarkan. Ada lagu daerah, pop nasional maupun asing, bahkan
lagu klasik Symphony No. 40 karya Mozart yang berirama lincah juga
sanggup diperdengarkan dengan musik bambu di tangan mereka.
Konser Penonton
Kejutan
tak berhenti sampai di situ. Begitu selesai memperlihatkan
keterampilan, para remaja itu langsung menghambur, masing-masing
mendampingi seorang penonton sambil membagikan angklung. Di tengah
ruangan, seorang pelatih kemudian memberi panduan kilat tentang cara
memegang dan menggoyangkan alat musik itu untuk memperoleh tekanan suara
yang diinginkan.
Seniman-seniman cilik yang mendampingi
pengunjung akan memperjelas dengan memberikan contoh langsung apa yang
dimaksud pelatih. Setelah diberi tahu pula kaitan antara isyarat
tangan dengan nada angklung mana yang harus dibunyikan, tangan pelatih
itu lalu bergerak-gerak lincah.
Serentak dari situ terdengar
berbagai alunan lagu dari angklung yang secara bergiliran dibunyikan
pengunjung sesuai isyarat tangan pelatih. Satu di antaranya adalah
lagu I have a dream yang pernah dicoba dipopulerkan oleh kelompok
penyanyi West Life.
"I have a dream, a song to sing...." Begitu,
tanpa dikomando, para pengunjung menimpali alunan musik bambu di tangan
mereka itu dengan nyanyian dari mulut sendiri. (SENIOR/Waskito Trisnoadi JJ)
Alamat
Saung Angklung Mang Udjo Jl. Padasuka 118 Bandung 40192 Telp. (022) 7271714 Faks. (022) 720 1587
Pertunjukan: Setiap hari pukul 15.30 - 17.30. Tiket: Rp 50.000
Sumber : nasional.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar